Ceritanya aku mau wisuda S1 aku di Bandung . .
Wisudaku itu tgl 18 May 2013 tahun kemarin . .
Sebelum bulan May, bokap aku ulang tahun pas bulan April,,
Pas ultah, ga biasanya ultah bokap dihadirin semua keluarga
besar bokap,, aku jg seneng karena di umur bokap yg ke 66 masih banyak orang yg
perhatian ama bokap
pas ultah bokap aku bilang ke gw
dia bilang
B; Bokap
G: aku
B : wisuda kapan nak?
G: tanggal 18 May pah
B: ya udah kita berangkat hari kamis aja ya, sekalian
liburan di Bandung
G: oh ya udah pah
G: trus pulangnya kapan pah?
B: senin aja
G: lah biasanya minggu pah
B: ya emang kenapa, namanya jg mau jalan2
G: oh ya udah pah
bokap gw udah ngerencanain wisuda gw dari jauh2 hari
dalam waktu rentang sebulan itu,, bokap udah nyiapin jas
nya, kemeja, dasi, sepatu pokoknya udah bagus banget deh . .
sampe pada saat nya tanggal 8 May 2013 ade aku yg cewe lagi
sakit panas
trus bokap lg di luar ngurus ke bank
bokap aku telpon katanya “mau dibeliin apa?”
ade aku minta dibeliin buah2an
trus setelah tlp itu,, bokap gw udah 4 jam ga pulang2
ke rumah,,
waktu itu jam menunjukan jam 1 siang
waktu itu jam menunjukan jam 1 siang
jam 3 aku dapet tlp dari ade bokap gw, papah koma di RS.
Cikini
aku shock dengar berita itu,,
aku langsung berangkat sama nyokap, 2 ade aku
setelah aku sampe sana,,
aku liat bokap aku udah dipasang alat2 yg masuk kemulut gtu,
aku ga paham namanya apa . .
trus aku tanya ke dokter yg disitu, papa saya kenapa dok?
dokter disuruh dateng ke ruangan untuk membicarakan masalah
ini
dokter bilang ke keluarga kalo umur bokap gw udah ga panjang
denger kata2 itu aku sedih banget,, apa yg buat umur bokap
gw ga panjang
dokter bilang, setelah dilakukan peng ngecekan, ternyta ada
pembuluh darah yg pecah di otak, dan itu sudah tidak bisa dilakukan apa2 karena
umur bokap yg udah 60an . .
dokter hanya memberikan 2 pilihan yg tidak dapat menolong
nyawa bokap
pilihan 1 : dipakaikan alat bantu napas (ventilator) kalo ga
salah . .
pilihan 2 : kita serahkan keputusan ini kepata Allah SWT
aku shock denger
pilihan itu,, pilihan yg pertama itu bisa memperpanjang umur bokap,
cumanmasalahnya itu kal o pakai alat itu akan keenakan buat nafas, dan bokap gw
jadi males nafas karena dipakai alat itu . .
akhirnya setelah berunding dengan keluarga aku, aku ttp coba
pakai alat bantu nafas . .
sampai akhirnya bokap gw bertahan sampe hari ke 3 . .
setelah itu bokap aku, aku iklasin kepergiannya . .
dan bokap gw meninggal tgl 12 May 2013, dan tepat seminggu
lagi gw wisuda . .
aku nangis ....
karena bokap yg udah rencanain jauh2 hari buat nyiapain
acara wisuda aku . .
tiba waktu wisuda aku,
aku berangkat sama nyokap aku sama adek2 aku . .
ketika aku mau naik podium, itu moment2 yg aku inget sampai
sekarang,, karena aku sedih banget bokap gw ga liat gw di wisuda . . aku mau
naik itu emosi kesedihan aku pecah sampai rektor aku ngucapin bela sungkawa pas
nyilangin topi toga gw,,
pas udah disilangin trus dapet izasah yg di gulung gtu aku
angkat tinggi2 ke depan podium maksud aku supaya bokap aku liat "PAH, AJI
AKHIRNYA DI WISUDA, INI BUAT PAPAH" Kebetulan aku anak pertama, jadi bokap
gw pengen liat gw di wisuda
setelah aku turun dari podium, aku meluk nyokap gw, gw
bilang " MAH AJI DIWISUDA, MAAFIN AJI MAH, MAKASIH UDAH BANTU AJI SAMPAI
WISUDA INI"
Ini sedikit "renungan" lagi tentang orang tua
Anakku,
Ketika aku tua,
aku berharap kau mengerti dan sabar padaku.
Ketika aku memecahkan piring atau menjatuhkan sop dari meja karena penglihatanku berkurang.
Aku berharap kamu tidak berteriak memarahiku,
Orang yang sudah tua sangat sensitif.
Milikilah belas kasih ketika kamu harus berteriak marah.
Ketika lisanku berkurang dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak berteriak padaku, “Ulangi apa yang kamu katakan atau tuliskan!”
Aku minta “maaf” anakku.
Aku “menua”.
Ketika lututku melemah, aku berharap kamu sabar membantuku berdiri.
Seperti dulu aku melakukannya padamu, ketika kamu kecil,
Ketika kamu belajar bagaimana berjalan.
Mohon tahan terhadapku.
Ketika aku tetap mengulangi perkataanku mengenai ingatan-ingatanku yang salah.
Aku berharap kamu tetap mendengarkanku.
Aku mohon jangan menertawaiku atau tidak suka mendengarkanku.
Kamu ingat ketika kamu kecil dan ingin balon?
Kamu begitu bertingkah berlebihan, melakukan apapun dan menangis,
sampai kamu mendapatkan apa yang kamu mau.
Aku mohon, maafkan bauku juga.
Bauku seperti orang yang tua.
Aku mohon, jangan memaksaku dengan keras untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang yang tua mudah sakit ketika mereka kedinginan.
Aku berharap aku tidak mempermalukanmu.
Ingatkah kamu ketika kamu kecil?
Aku mengejar dan menangkapmu karena kau tidak mau mandi.
Aku berharap engkau bisa sabar denganku.
Ketika aku mulai mudah ngambek dan mengomel.
Itu semua bagian dari “tua”.
Kamu akan mengerti ketika kamu semakin tua.
Dan jika kamu memiliki sisa waktu, aku berharap kita bisa berbincang-bincang walau hanya sebentar.
Aku selalu sendiri setiap waktu dan tidak memiliki satupun teman untuk berbincang-bincang.
Aku tahu kamu sibuk bekerja.
Sekalipun kamu tidak tertarik pada ceritaku,
mohon luangkanlah waktu untukku.
Ingatkah kamu ketika masih kecil?
Aku meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu tentang mainan dan boneka-bonekamu?
Ketika waktu itu datang, aku sakit dan terbaring di tempat tidur.
Aku berharap kamu sabar merawatku.
Aku minta maaf,
jika tiba-tiba buang air di tempat tidur atau menyusahkanmu.
Aku berharap kamu sabar merawatku sampai akhir hidupku.
Aku akan pergi dalam waktu yang tidak lama lagi.
Ketika waktu kematianku datang,
Aku berharap kamu bisa memegang tanganku
dan memberiku kekuatan untuk menghadapi “mati”.
Dan jangan cemas,
Ketika nanti aku bertemu Tuhan, aku akan berbisik pada-Nya.
Untuk memberkatimu dan merahmatimu,
Karena kamu mencintai ibu dan ayah
Dan jika kamu menikah tanpa ada aku, percayalah aku akan berbisik pada Tuhan
"Tuhan, itu putriku yang sedang menikah. Sangat cantik bukan? "
Terima kasih banyak telah mencintai ibu dan ayahmu.
Terima kasih banyak telah merawat kami,
Kami mencintaimu dengan banyak cinta….
-Ibu dan Ayah-
Sumber: GGL
Anakku,
Ketika aku tua,
aku berharap kau mengerti dan sabar padaku.
Ketika aku memecahkan piring atau menjatuhkan sop dari meja karena penglihatanku berkurang.
Aku berharap kamu tidak berteriak memarahiku,
Orang yang sudah tua sangat sensitif.
Milikilah belas kasih ketika kamu harus berteriak marah.
Ketika lisanku berkurang dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan,
Aku berharap kamu tidak berteriak padaku, “Ulangi apa yang kamu katakan atau tuliskan!”
Aku minta “maaf” anakku.
Aku “menua”.
Ketika lututku melemah, aku berharap kamu sabar membantuku berdiri.
Seperti dulu aku melakukannya padamu, ketika kamu kecil,
Ketika kamu belajar bagaimana berjalan.
Mohon tahan terhadapku.
Ketika aku tetap mengulangi perkataanku mengenai ingatan-ingatanku yang salah.
Aku berharap kamu tetap mendengarkanku.
Aku mohon jangan menertawaiku atau tidak suka mendengarkanku.
Kamu ingat ketika kamu kecil dan ingin balon?
Kamu begitu bertingkah berlebihan, melakukan apapun dan menangis,
sampai kamu mendapatkan apa yang kamu mau.
Aku mohon, maafkan bauku juga.
Bauku seperti orang yang tua.
Aku mohon, jangan memaksaku dengan keras untuk mandi.
Tubuhku lemah.
Orang yang tua mudah sakit ketika mereka kedinginan.
Aku berharap aku tidak mempermalukanmu.
Ingatkah kamu ketika kamu kecil?
Aku mengejar dan menangkapmu karena kau tidak mau mandi.
Aku berharap engkau bisa sabar denganku.
Ketika aku mulai mudah ngambek dan mengomel.
Itu semua bagian dari “tua”.
Kamu akan mengerti ketika kamu semakin tua.
Dan jika kamu memiliki sisa waktu, aku berharap kita bisa berbincang-bincang walau hanya sebentar.
Aku selalu sendiri setiap waktu dan tidak memiliki satupun teman untuk berbincang-bincang.
Aku tahu kamu sibuk bekerja.
Sekalipun kamu tidak tertarik pada ceritaku,
mohon luangkanlah waktu untukku.
Ingatkah kamu ketika masih kecil?
Aku meluangkan waktu untuk mendengarkan ceritamu tentang mainan dan boneka-bonekamu?
Ketika waktu itu datang, aku sakit dan terbaring di tempat tidur.
Aku berharap kamu sabar merawatku.
Aku minta maaf,
jika tiba-tiba buang air di tempat tidur atau menyusahkanmu.
Aku berharap kamu sabar merawatku sampai akhir hidupku.
Aku akan pergi dalam waktu yang tidak lama lagi.
Ketika waktu kematianku datang,
Aku berharap kamu bisa memegang tanganku
dan memberiku kekuatan untuk menghadapi “mati”.
Dan jangan cemas,
Ketika nanti aku bertemu Tuhan, aku akan berbisik pada-Nya.
Untuk memberkatimu dan merahmatimu,
Karena kamu mencintai ibu dan ayah
Dan jika kamu menikah tanpa ada aku, percayalah aku akan berbisik pada Tuhan
"Tuhan, itu putriku yang sedang menikah. Sangat cantik bukan? "
Terima kasih banyak telah mencintai ibu dan ayahmu.
Terima kasih banyak telah merawat kami,
Kami mencintaimu dengan banyak cinta….
-Ibu dan Ayah-
Sumber: GGL
No comments:
Post a Comment