Wednesday, February 12, 2014

MASALAH PREDIKSI DAN BAGAIMANA MENYIKAPINYA

Oleh Bastian Ardi

Sebenarnya saya menyetujui pendapat lama bahwa “hidup itu seperti buku”. Penulisnya adalah ALLAH dan aktornya adalah kita, namun yang menjadikan berbeda dengan buku adalah kita tetap mempunyai hak hidup. penjelasanya begini. Okelah, ALLAH punya rencana pada kita sebagai makhluk dan itu yang kita yakini sebagai takdir, dan itu kuasaNya. Sedang kita, sebagai makhluk yang sempurna di bekali akal dan pikiran. Nah, akal dan pikiran inilah yang menjadi hak hidup kita sebenarnya. Dan karena kita mempunyai akal dan pikiran, maka kita adalah satu-satunya spesies yang punya tujuan hidup. sadar atau tidak dialah sumber masalah serta kebahagiaan kita. Kenapa saya mengatakan demikian? < coba kita lihat saudara-saudara kita yang yang kurang beruntung, Yang memiliki keterbatasan pada akal dan pikiranya. Nah, mereka-mereka itu (maaf) kan memiliki keterbatasan dan tak punya tujuan hidup, jadi mereka terlihat seperti orang yang tak punya kendali atas tubuh mereka.


Contoh kasus dari timbulnya tujuan itu adalah setelah lulus dari kuliah pendidikan, “Minimal” saya akan jadi guru, lalu saya akan menikah dan bla bla bla. Dan jika itu terjadi maka kebahagiaan akan saya dapat. Dari contoh kasus di atas maka kita dapat memahami bahwa kita selalu memprediksikan, meramalkan, dan berharap. Menengok dari hal itu, maka bisa kita lihat bahwa apa yang kita lakukan sekarang, mungkin saja menjadi apa yang akan kita dapatkan kelak (kuliah pendidikan memperbesar kemungkinan kita menjadi guru). Namun faktanya, jika kita memulai dari A dan berharap melanjutkannya ke B (ini adalah maunya kita si pelaku dan si prediktor) dan yang terjadi adalah A menuju C, maka kita akan mengalami masalah yang di sebut depresi, stres, parahnya gila. Karena kita sebagai pelaku yang sok tau, kadang memprediksikan apa yang akan datang dari data-data yang ada pada apa yang telah berlangsung. Maka tak heran bahwa kebanyakan dari kita memiliki prediksi yang salah kaprah atau lebih tepatnya prediksi sok tau. Dan hal inilah yang di manfaatkan oleh orang-orang. Diakui atau tidak kita rela sekali untuk membaca prediksi-prediksi orang ternama atau ramalan-ramalan. Bahkan membayar mereka hanya untuk berceloteh soal prediksi-prediksi ke depan. Dari sini timbul masalah serius dari prediksi-prediksi itu. Maka kita akan sangat terpancing secara kreativitas dan secara mental. Ini cukup berbahaya manakala kita merasa sok tau atas hidup kita, dengan bermodal prediksi-prediksi dan ramalan-ramalan. Parahnya kitab akan merasa bahwa ALLAH lah yang bersalah  karena prediksi-prediksi kita bukanlah hal yang Ia takdirkan. Hal ini ada dalam surat Al Baqarah Ayat 216:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula, kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Nah, teman - temanku semua, marilah kita menyikapi segala takdir yang datang dengan sikap yang bijak. karena hak hidup kita adalah menyikapi hal - hal yang datang. dan yang terpenting mulai sekarang lebih baik kita menaruh segala urusan rencana kepada ALLAH. namun tak lepas pula kita tetap harus punya tujuan hidup, dan jika tujuan hidup kita itu nantinya mungkin tidak terjadi. maka yakinlah bahwa itu adalah jalan terbaik yang ALLAH berikan pada kita. intinya bolehlah kita memprediksi dan berspekulasi namun jangan sampai prediksi - prediksi itu, menjadikan kita insan yang lemah dan rapuh.

Sekian dari saya, harapan saya, semoga apa yang saya bagikan bisa menjadi manfaat untuk teman - teman semuanya. terimakasih.... :)



"Bukan rencana hidup kitalah yang membuat kita bahagia, namun bahagia adalah bagaimana kita menerima rancana ALLAH"

No comments:

Post a Comment