Yang pasti ada sampah-sampah dan sopir yang mengendalikan.
Ya, benar. Tapi cobalah perhatikan truk sampah lebih dekat...
Pasti ogah, karna bau. Ya iyalah...
**
Suatu hari di tengah perjalanan
dari rumah menuju kampus, sebuah truk mendahului motorku. Ketika kulihat, oh
ternyata truk sampah. Dan ketika kulihat lagi, oh ternyata truknya bertuliskan
sampah organik dan sampah non organik. Jadi ceritanya bak di belakang truk itu
dibagi jadi dua bagian. Baguslah...
Tapi ketika kulihat lagi, oh
ternyata sampahnya penuh banget. Sampai2, aku yang (naik motor) di deketnya
jadi miris, takut tertimpa sampah. Kan ga oke banget kalo aku yang udah rapi2
mau sekolah malah tertimpa sampah. Tapi yasudahlah ya, mungkin emang kapasitas
truknya terbatas. Tak sebanding dengan sampah yang dihasilkan masyarakat Kudus
tiap harinya.
Waktu itu sih truknya jalan
pelan-pelan, karena emang sedang berada di sekitar Pasar Kliwon Kudus (Jl.
Jendral Sudirman) yang memang rame pada pukul 9 pagi. Tapi begitu jalan kembali
lancar, si truk langsung melesat dengan entengnya, seolah-olah tidak ada muatan
di truk itu. Jadilah sampah-sampah plastik yang diangkut truk itu beterbangan
di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Kejadian itu sudah lebih dari
sekali kulihat. Di tempat yang sama juga. Aku tak tau, darimana sampah-sampah
itu diambil dan kemana sampah-sampah itu akan dibawa.
Tapi kenapa truk sampah ga
dibikin tertutup aja ya?
No comments:
Post a Comment